• +622159576882 |+622159576730
  • [email protected]

    Artikel dan Berita Pondok Pesantren Daar el-Qolam

    Bring Islam Back

    Buat sobat yang kebetulan udah kenal grup nasyid asal California “Soldier of Allah” pasti apal dengan lirik lagu-lagunya yang oke punya dan pemicu semangat. Apalagi digeber dalam irama hip-hop yang asyik punya. Nggak cuma bisa bikin kita geleng-geleng kepala dan menghentakkan kaki, tapi isinya mantap banget. Rasa-rasanya para rapper Islam ini teriak di dekat telinga kita untuk sadar tentang Islam. Salah satu judulnya adalah “Bring Islam Back!” sekalian aja judul lagu itu kita jiplak untuk tulisan ini.

    Umat ini sedang sakit

    FIS, partai Islam di al-Jazair saat kampanye di awal tahun 90-an mengeluarkan slogan yang bunyinya kira-kira begini, “Umat ini sedang sakit. Penyebab sakitnya karena meninggalkan Islam. Apa obatnya? Kembali kepada Islam. Siapa dokternya? Siapa saja dari kalangan kaum muslimin yang sehat dan mau mendakwahkan Islam“. Semboyan ini tidak saja menggugah, tapi juga menggerakkan siapa saja. Buktinya, partai ini didukung lebih dari 80 persen suara. Sayangnya, demokrasi selalu ingkar janji. Maklum, demokrasi tak akan membiarkan musuhnya membunuh dirinya sendiri. Pemilu itu digagalkan dan hasilnya dibatalkan. Nggak cuma itu, para aktivis FIS dan pendukungnya diburu, dijebloskan ke penjara, dan sebagian dibunuh.

    sobat, semboyan ini cocok jika kita mau melek dengan kondisi kaum muslimin saat ini. Ya, kaum muslimin saat ini sedang sakit. Berbagai masalah mendera kita; krisis ekonomi, kedzaliman penguasa, amburadulnya tatanan sosial; kriminalitas, pelacuran, seks bebas, peredaran narkoba dan miras. Nggak cuma itu, masalah hukum dan pendidikan juga bikin nyesek dada kita. Hukum nggak adil, pendidikan yang cuma bisa dinikmati kalangan berduit saja. Jelas, ini adalah kondisi sakitnya masyarakat di bawah belenggu ideologi kapitalisme.

    Ketika Islam nggak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari maka umat sebenarnya sedang menurun tingkat kesehatannya. Kalo nggak ngeh bahwa dirinya sedang sakit, maka sudah pasti akan tambah parah karena nggak diobati dan agak sulit sembuh.

    Bagi sebagian umat yang sadar, mulai mencari obatnya. Meski nggak semua obat yang dikonsumsi menyembuhkan total, paling nggak cukup untuk meredam rasa sakit. Ada yang mencoba menawarkan obat perbaikan akhlak, namun belum juga meredam kerusakan. Ini mungkin baru mengurangi jumlah yang sakit saja. Sedikit demi sedikit. Ada umat yang menawarkan obat ekonomi, karena merasa umat ini paling parah penyakitnya di bidang ekonomi. Tapi, tak jua sembuh total. Umat masih terus terpuruk dan bahkan mendekati Stadium IV. Walah, parah banget dong kalo penyakit kanker mah ya?

    Islam yang bagaimana?

    Semboyan FIS sangat tepat, bahwa Islam adalah solusi dari segala masalah yang ada saat ini. Islam yang bagaimana? Nah, ini pertanyaannya. Setelah dikaji ulang dan diteliti layaknya dokter spesialis yang mendiagnosis penyakit pasien, maka ditemukan bahwa masalah utama yang mendera umat ini adalah karena ditinggalkannya Islam sebagai ideologi negara. Nah, ini bedanya Islam dengan agama lain. Islam nggak cuma ngatur urusan kuburan dan akhirat, tapi Islam juga mengatur kehidupan dunia, lho.

    Itu sebabnya, solusi yang logis dan sesuai syariat adalah dengan menerapkan Islam sebagai ideologi negara. Karena apa? Karena masalah akhlak, masalah ekonomi, masalah kekacauan sosial, pendidikan, hukum, pemerintahan dan sebagainya insya Allah akan beres kalo diterapkan Islam sebagai ideologi negara. Menurut Muhammad Ismail dalam bukunya, Al-Fikr al-Islâmi (hlm. 9–11), yang disebut dengan mabda’ (ideologi) adalah akidah/keyakinan yang digali dari proses berpikir, yang kemudian melahirkan sistem atau aturan-aturan (‘aqîdah ‘aqliyyah yanbatsiqu ‘anhâ nizhâm). Menurut definisi ini, sebuah akidah/keyakinan disebut sebagai mabda’ (ideologi) jika memiliki dua syarat: (1) bersifat ‘aqliyyah ; (2) memiliki sistem/aturan.

    Akidah, dalam hal ini, bisa dimaknai sebagai pemikiran yang bersifat integral (menyeluruh) mengenai alam semesta, manusia, dan kehidupan ini; mengenai keadaan sebelum dan setelah kehidupan dunia; juga mengenai hubungan antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dan sesudah dunia.

    Sedangkan sistem aturan yang dimaksud mencakup berbagai pemecahan atas berbagai problem kehidupan (baik pribadi, keluarga, masyarakat maupun negara; menyangkut persoalan ibadah, akhlak, sosial, politik, ekonomi, dan budaya); juga mencakup cara untuk menerapkan berbagai pemecahan tersebut serta cara memelihara sekaligus menyebarkan akidah tersebut (an-Nabhani, Nizhâm al-Islâm, hlm. 22).

    Oke deh, jadi solusinya memang Islam yang diterapkan sebagai ideologi negara. Itu harga mati lho yang nggak bisa ditawar lagi. Kalo di supermarket kita bisa setuju aja dengan bandrol yang tertera di barang yang akan kita beli. Maka, harus lebih setuju lagi dengan pernyataan Allah di al-Quran yang menyatakan bahwa Islam adalah satu-satunya hukum yang kudu diterapkan. Tul nggak? Tanpa Islam, kehidupan kita akan sengsara seperti sekarang, ketika kita berada dalam naungan kapitalisme. Firman Allah Swt.:

    أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَ مَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِّقَوْمٍ يُوقِنُونَ [٥:٥٠]

    “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS al-Mâidah [5]: 50)

    Wah, nanti dicap ‘radikal’ dong?

    Sssttt.. sebenarnya apa sih artinya radikal? Jangan-jangan kita nggak tahu artinya? Hehehe.. Terus, jangan-jangan kita dapetin infonya dari media massa. Lalu kita telan mentah-mentah dan kita anggap sebagai kebenaran. Tul nggak?

    Begini sobat, kalo di sobats bahasa Indonesia, radikal itu artinya mendasar (sampai kepada hal yang prinsip). Terus istilah radikalisme bisa banyak arti; salah satu artinya adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.

    Amerika menurut Anda radikal tidak?” Setelah melihat aksi brutalnya di Afghanistan, Irak, juga di penjara Abu Ghraib dan di kamp penahanan Guantanamo, kita manggut-manggut. Tapi kenapa tak ada cap radikalisme untuk Amrik? Kenapa pula cap radikal cuma disematkan kepada aktivis Islam, padahal tu pun sebenarnya lebih karena pembelaan seperti di Irak dan Afghanistan? Tapi anehnya, media massa Barat (dan diikuti media lokal di di negeri ini) dengan gagah berani menuliskan bahwa “Kelompok radikal Islam berada dalam aksi kekerasan di Irak” Walah, kenapa Amrik pada kesempatan yang sama tidak dituduh sebagai penyebar teror dan radikalisme?

    Itu sebabnya, sobat nggak usah kemakan isu bahwa Islam itu penyebar radikalisme. Nggak, itu cuma propaganda media massa yang berdiri di belakang musuh-musuh Islam saja yang ingin membuat buruk citra Islam. Lagian, kalo mo ‘adil’ kan beritanya kudu sama. Artinya, sama-sama disebut bahwa Amrik juga mengobarkan radikalisme untuk ‘reformasi’ di Irak. Iya nggak?

    Tapi ada kan, gerakan Islam yang dakwahnya dengan kekerasan?” Tapi itu tidak sebanyak yang menyampaikan dengan cara yang santun. Artinya, jika pun ada, mungkin karena tekanan aja. Imam Samudera dkk yang dituduh nyundut bom di Bali aja beralasan karena Amerika telah menyebarkan teror di mana pun. Mungkin saja, karena keterbatasan wawasan dan saking keselnya, akhirnya memilih jalan itu. Tapi ingat, itu pun masih perlu ditelusuri, jangan-jangan beliau-beliau ini kelompok militan Islam yang dijebak oleh skenario yang sudah disiapkan Amrik untuk mencitrakan bahwa Islam dan kaum muslimin itu menyebarkan radikalisme. Persis strategi “pancing dan jaring” di masa orde baru dulu. Bahaya!

    Sobat, dengan melihat kenyataan ini, maka kita perlu bertanya tentang definisi radikalisme atau terorisme seperti yang dilakukan oleh negara-negara Amerika Latin ke PBB: “Sebenarnya, apa sih definisi terorisme? Kok kelihatannya istilah ini selalu disematkan kepada pihak-pihak yang melawan Amerika? Sementara Amerika sendiri dibiarkan melanggar istilah itu

    Hmm.. jadi inget ucapan Anakin kepada Obi-Wan Kenobi di film Star Wars Episode III: Revenge of the Sith, “If you not with me, then you my enemy!” yang diyakini mirip banget dengan ancaman Presiden George W. Bush terhadap pihak lain berkait perang melawan terorisme. Kalo gitu, siapa penyebar radikalisme dan terorisme yang sesungguhnya? Kita pasti tahu jawabannya.

    Islam for all

    Sobat, Islam akan aman bagi pemeluk agama lain, asalkan mereka mau hidup diatur oleh Islam. Mau dengan sukarela hidup di bawah naungan Islam. Insya Allah akan dijamin hak-haknya. Ini sudah dicontohkan oleh Rasulullah saw.

    Oke deh, mendingan sekarang kita kaji Islam, citrakan Islam yang ramah dan santun sekaligus tegas memperjuangkan Islam sebagai ideologi negara. Bring Islam Back! Siap kan? Jangan takut! Kita di jalan yang benar.

    Allâhu a`lamu bi-s-shawâbi…

    (Ditulis oleh Ust. Saeful Bahri, M.Si)

    Tags

    Leave a comment

    %d bloggers like this: