• +622159576882 |+622159576730
  • [email protected]

    Artikel dan Berita Pondok Pesantren Daar el-Qolam

    Membangun Budaya Literasi di Sekolah

    Santri sedang membaca di Perpustakaan Daar el-Qolam 2
    Santri sedang membaca di Perpustakaan Daar el-Qolam 2

    Budaya literasi telah banyak diterapkan di sekolah-sekolah sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan membaca dan menulis siswa, serta meningkatkan mutu pendidikan. Bahkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) meluncurkan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) sebagai pengembangan dari Permendikbud Nomor 21 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti pada Anak. Awal peluncuran GLS sendiri dilakukan secara simbolis dengan memberikan buku-buku paket bacaan yang didistribusikan di berbagai sekolah sebagai tonggak budaya literasi. Namun walaupun pemerintah telah meluncurkan gerakan tersebut, tetap saja guru dan pihak sekolah harus pandai dalam menyesuaikan dan merencanakan program budaya literasi di sekolah. Untuk menerapkan budaya literasi di sekolah diperlukan beberapa prinsip. Prinsip-prinsip yang ditekankan adalah sebagai berikut.

    Perkembangan literasi berjalan sesuai tahap perkembangan yang bisa diprediksi

    Tahap perkembangan anak dalam membaca dan menulis sifatnya saling beririsan antar tahap. Memahami tahap perkembangan literasi dapat membantu sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan perkembangan siswa.

    Santri sedang membaca di Perpustakaan Daar el-Qolam 2
    Santri sedang membaca di Perpustakaan Daar el-Qolam 2

    Program literasi yang baik bersifat berimbang

    Sekolah yang menerapkan  program literasi berimbang menyadari bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula.

    Program literasi berlangsung di semua area kurikulum

    Pembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran. Pembelajaran pada mata pelajaran apapun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.

    Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermakna

    Kegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan agar tercipta kondisi kelas yang kondusif dan menyenangkan. Untuk itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk wali kota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada siswa.

    Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat penting

    Kelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis dapat diasah. Siswa perlu belajar untuk menyampaikan argumentasinya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan antar siswa.

    Penulis:

    Seorang guru di Pondok Pesantren Daar el-Qolam 2

    Leave a comment

    %d bloggers like this: