• +622159576882 |+622159576730
  • [email protected]

    Artikel dan Berita Pondok Pesantren Daar el-Qolam

    Ide Kreatif itu Dirangsang, Bukan Menunggu Wangsit

    “Jadilah seperti anak kecil, hilangkan prasangka agar tercipta karya-karya kreatif.”

    Ide Kreatif itu Harus Dirangsang
    Ide Kreatif itu Harus Dirangsang

    Bagaimana, sih, cara memunculkan ide-ide kreatif? Lewat buku ini, penulis berbagi jurus ampuh, yakni dengan berani bertanya kepada diri sendiri. Teknisnya, mari berefleksi dengan awalan kalimat, “Bagaimana kalau…?” Contohnya, “Bagaimana kalau saya mendirikan restoran dengan menu makanan tanpa Monosodium Glutamat?” Wahyu Aditya juga menceritakan pengalamannya. Dulu ia pernah bertanya-tanya, “Kenapa anak-anak muda zaman sekarang kurang mengenal tokoh pewayangan?” Lantas muncul pertanyaan susulan, “Bagaimana kalau ia mengubah visual Gatotkaca versi wayang kulit “jadul” menjadi Gatotkaca versi anak gaul? Hasil kreasinya dapat dilihat di halaman 74. Desain kaus oblong bergambar Gatotkaca berwajah angker ternyata laku keras. Bahkan peminatnya bukan hanya dari kalangan anak muda, tapi juga dari anak kecil sampai manula.

    Pencarian ide kreatif, pendiri HelloMotion Academy itu melanjutkan, lebih sering tak cukup sekadar dengan menunggu wangsit. Tapi harus berjuang merangsangnya agar segera mun- cul ke permukaan. Caranya dengan menantang diri sendiri menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan sebelumnya (halaman 77). Buku ini terdiri atas 17 butir pen- cerahan untuk menemukan sumber kreativitas dalam diri. Judulnya, antara lain, “Lakukan Hal Spontan,” “Rangkul Keterbatasan,” “Mampu Mengurai,” dan “Fleksibel Saja”. Pemenang Wirausaha Muda Mandiri 2008 itu sengaja mendesain buku ini agar bisa dibaca tanpa harus dirunut dari awal sampai akhir. Pembaca dapat menikmatinya secara acak. Selain itu, jika pembaca bosan dengan sampul depan yang asli, kita bisa menggambar desain sampul sendiri setelah diputar dan dilipat. Kreatif bukan? Pemenang Best Short Movie dalam Jiffest 2004 itu juga memberi contoh nyata kreativitas anak negeri dalam hal berpakaian.

    Yoris Sebastian, creativepreneur yang sempat menjabat general manager termuda di Hard Rock Cafe Jakarta, berkata kepadanya bahwa setiap kali meeting dengan klien, ia selalu menggunakan kaus oblong. Yoris hendak membuktikan kaus tak perlu dianaktirikan sebagai pelindung badan dalam aktivitas kasual saja. Walhasil, kebiasaan ter- sebut menjadikannya tampak berbeda dan unik dibanding konsultan kreatif lainnya yang lazimnya berdandan formal dan “klimis” (Informal ke Formal, halaman 149).

    Resensi Buku: Sila Ke-6, Kreatif Sampai Mati
    Resensi Buku: Sila Ke-6, Kreatif Sampai Mati

    Cara lain mengasah kreativitas adalah belajar kepada anak kecil. Mereka senang mengamati dan menebak bentuk awan dalam wujud lain sesuai dengan imajinasi masing-masing. Permainan itu merupakan contoh kegiatan sederhana yang bisa dilakukan untuk melatih kreativitas dan daya imajinasi. Ada awan berbentuk kuda dan anjing. Silakan simak fotonya di halaman 191. Dalam konteks ini, tesis Thomas Huxley menjadi relevan, “Jadilah seperti anak kecil, hilangkan prasangka agar tercipta karya-karya kreatif.”

    Buku setebal 302 halaman ini menyadarkan kreativitas pun meru- pakan salah satu sifat Tuhan. Bacaan ini layak dinikmati oleh setiap anak manusia yang hendak memekarkan benih kreativitas agar senantiasa berbuah lebat. Selamat membaca dan salam kreatif!

    T. NUGROHO ANGKASA, GURU BAHASA INGGRIS DI PKBM ANGON, YOGYAKARTA.

    (Ahmad Jamaludin Jambunanda)

    Tags

    Leave a comment

    %d bloggers like this: